Kamis, 29 Oktober 2009

APA DIA UNTUKKU..?

Beberapa hal sederhana untuk mempertimbangkan apakah ia layak diperjuangkan.


Memilih pasangan hidup memang harus hati-hati. Bibit bobot bebet bukan hanya sekedar nasehat tidak penting dari orang tua. Itu benar-benar sesuatu yang harus dipertimbangkan. Tapi ada beberapa hal simple yang bisa membantu kita dalam tahap pendekatan awal untuk bisa mempertimbangkan apakah orang ini layak diperjuangkan untuk menjadi kandidat pasangan kita ke depan nanti.

1. Bagaimana reputasinya?

Seringkali kita bermimpi 'untuk mengubah seorang yang liar menjadi orang yang baik hati'. Namun mimpi itu tidak selalu menjadi kenyataan. Karena itu jika reputasi orang yang kita sukai itu sangat buruk di luar sana, kita sebaiknya berhati-hati dan berpikir dua kali atau mungkin tiga kali.


2.Kenali setiap percakapan dengannya.

Dalam setiap percakapan, yang penting untuk kita ketahui ialah apakah ia seorang 'pecinta diri sendiri' atau bukan. Jika ia tipe yang selalu fokus pada dirinya ketimbang pada kita, ini tanda kurang baik, terutama jika kita ingin serius dengannya di kemudian hari.

3. Ketahui sejarah percintaannya.

Apakah gebetan kita ini terkenal sebagai si tukang gonta ganti pacar? Jika mantan pacarnya ada 12 padahal umurnya baru 23 tahun, kita benar-benar harus hati-hati, karena itu berarti dia bermasalah dengan satu kata yang berjudul ‘komitmen'. Bisa-bisa kita hanya akan menjadi 'pacar nomor 13' untuknya.

4. Apakah kita nyaman bersamanya?

Ada orang yang kita sukai tapi membuat kita sendiri tidak nyaman. Mungkin karena bahasanya yang kasar, cara berpakaiannya yang -jujur saja- membuat malu, atau tingkah lakunya yang kadang tidak sopan. Jika ya, lebih baik pikir-pikir dulu untuk menjadikan dia kekasih pujaan hati.

5. Bagaimana ia pada keluarganya.

Bagaimana ia memperlakukan keluarganya dan bagaimana ia berhubungan dengan saudara-saudaranya adalah hal penting yang disimak. Peringatan besar muncul jika orang yang anda sukai suka memusuhi adiknya sendiri atau kasar pada orang tuanya.


6. Sadari pengaruh kehadirannya pada kerohanian anda.

Ini poin yang paling penting. Sebelum kita dan si dia memulai hubungan yang lebih serius, kita harus mulai bisa menilai dari berbagai sisi, apakah kehadiran orang istimewa kita itu memberi pengaruh baik bagi kerohanian kita atau tidak. Apakah kehadirannya membuat kita rajin berdoa atau malah jadi malas berdoa sama sekali? Apakah bersamanya membuat kita jadi jatuh dalam dosa atau tidak? Poin utamanya ialah, bersama dengan dirinya harus membuat hidup rohani kita naik dan bukan turun!! Jika bersama dengannya membuat rohani kita menjadi lemah, tinggalkan saja angan untuk bersamanya.

7. Bayangkan yang jauh ke depan.

Maksudnya, kita harus mulai punya bayangan sebuah pernikahan dengan dirinya. Jika membayangkan untuk menjadi istri atau suaminya saja membuat kita merasa aneh, jangan lanjutkan. Bayangkan juga apakah ia bisa menjadi ayah atau ibu yang baik bagi anak-anak kita nanti. Kalau sikap dan karakternya sangat meragukan untuk itu, berarti ini sebuah lampu merah untuk kita.

8. Orang lain harus dihargai.

Pendapat orang tua, pendapat sahabat, pendapat pimpinan, harus kita dengarkan. Biasanya mereka yang sudah 'buta oleh cinta' tidak bisa melihat segala sesuatu dengan objektif. Karena itu pendapat orang penting dipertimbangkan. Jika semua orang terdekat berkata tidak, tidak ada salahnya untuk mempertimbangkan kembali keputusan anda.

Jika hampir semua dari 8 hal sederhana di atas mengarah ke sesuatu yang negatif tentang orang yang kita sukai tersebut, mengapa harus pusing lagi? Orang-orang sekeliling kita boleh menyebarkan kebohongan bahwa 'kita harus punya pacar!!'. Padahal tidak. Begitu banyak perceraian yang terjadi karena kebohongan ini. Mereka memaksakan diri berpacaran dengan orang yang salah hanya karena ingin punya pacar dan akhirnya menikahi orang yang salah itu. Dan penyesalan hanya datang kemudian, "Andai aku lebih berhati-hati waktu pacaran dulu". Karena itu, tidak ada salahnya bagi kita untuk MENUNGGU sampai orang yang terbaik untuk kita dari Tuhan tiba.

Syarat Mencari Pasangan Hidup

Integritas

hal ini sangat penting karena Anda pasti tidak ingin memiliki pasangan yang karakternya tidak baik, pembohong, penipu, tidak jujur. Yang paling dicari dari seseorang dari pasangannya adalah kejujuran. Tapi integritas ini bukan hanya berbicara tentang kejujuran. Tetapi juga tanggung jawab, respect, empati dan semua karakter baik yang ada.

Integritas atau disebut juga utuh artinya sikap seseorang yang utuh dalam perkataan dan perbuatannya sama-sama sesuai dimanapun, kapan pun dan bersama siapapun. Dan seorang yang berintegritas pasti akan menjaga moralnya dengan kuat. Seorang yang tidak memiliki integritas adalah seorang penipu. Apa yang dikatakan dengan perbuatannya berbeda. Jangan membuat masalah dengan mengencani orang yang tidak bermoral atau tidak berintegritas hanya karena terlanjur cinta (cinta seharusnya rasional), umur, status atau apapun. Ini adalah keputusan untuk seumur hidup.

Kapabilitas

Rasanya menyenangkan memiliki pasangan yang pintar pengetahuan.Tetapi didalam hubungan, pintar atau cerdas pengetahuan bukan segalanya. Ada juga juga cerdas dalam mengelola emosinya atau cerdas dalam kerohaniannya (itu tergantung selera Anda). Dari semua itu yang terpenting adalah dia cakap dalam mengenali, memahami, dan bersinergi dengan perbedaan yang ada.

Kesetiaan

Kesetiaan sangat berkaitan dengan integritas. Tidak mungkin mereka setia bila dia berkata pada Anda: "Aku hanya mencintaimu", tetapi di kota lain dia berkata pada orang lain " Aku hanya sayang kamu."

Dia harus jadi orang yang sadar kalau dia harus loyal mulai dari pacaran. Bukan hanya nanti bila sudah tunangan atau sudah menikah. Loyal itu dimulut dan tindakan juga. Misalkan, dia harus berani mengakui pada orang kalau dia ada hubungan dengan Anda atau Anda punya hubungan yang spesial dengan Anda. Tidak malu memperkenalkan Anda pada saudara, keluarga terlebih orangtua bahwa Anda adalah pasangannya. Loyal tidak hanya pada saat ada Anda, tetapi juga pada saat tidak ada Anda.

Dapat diterima Orangtua atau Keluarga

Bila dia memang serius dengan Anda maka dia seharusnya berani datang kerumah Anda dan berkenalan dengan keluarga Anda. Jangan Backstreet! Lebih baik jujur! Ingat hukum kelima dari Taurat, didalamnya terdapat hukum dan juga berkat. Kalau Anda menghormati orangtua Anda, maka berkat Tuhan ada atas Anda. Selama Anda belum menikah, maka orangtua Anda mempunyai hak untuk tahu urusan Anda.

Wajar bila orangtua kuatir atau curiga bila mereka belum mengenal orang lain dengan baik. Anda bisa mendapatkan kepercayaan orangtua tergantung dengan calon Anda

Saling membangun

Anda dan pasangan Anda harus memiliki tujuan untuk saling meningkatkan kualitas hidup satu sama lain dalam hubungan itu. Bila tidak artinya Anda atau dia hanya mementingkan diri sendiri. Bila hubungan ini membuat lemah iman Anda, menurunkan kualitas kerja Anda, merusak persahabatan, bahkan merusak hubungan keluarga Anda, lebih baik pertimbangkan lagi. Pada prinsipnya adalah hubungan Anda harus memberi dampak pada peningkatan dan pertumbuhan.

Selasa, 27 Oktober 2009

Kasih Terbesar

KASIH TERBESAR


Diambil dari sebuah kisah nyata di Amerika Serikat, dan sebuah kisah nyata dalam kehidupan kita.

"Love suffers long and is kind; love does not envy; love does not parade itself, is not puffed up; does not behave rudely, does not seek its own, is not provoked, thinks no evil; does not rejoice in iniquity, but rejoices in the truth; bears all things, believes all things, hopes all things, endures all things." - 1 Corinthians 13:4-7 (NKJV)

"Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu." (1 Korintus 13:4-7)

Adalah seorang muda yang taat berdoa yang masih berpacaran dengan seorang gadis muda juga yang baik hati. Kedua orang ini adalah dua konglomerat kaya. Sebelumnya merekapun selalu berdoa, "Tuhan berikanlah aku pasangan yang menurut Engkau terbaik." Setelah mereka menikah, keadaan berubah. Maksudnya, doanya berubah menjadi, "Tuhan, berikanlah kami anak yang terbaik buat kami." Tetapi setelah 7 tahun mereka menikah, mereka tidak mempunyai anak.

Setelah mereka berdoa dan berdoa, akhirnya mereka mempunyai anak. Dan keadaan, maksudnya doa mereka berubah lagi, "Tuhan, biarlah anak ini menjadi anak yang terbaik bagi kami." Dan benar, setelah 9 bulan istrinya mengandung, lalu lahirlah seorang anak bagi mereka. "Anak laki-laki pak," kata dokternya. Sang ayah langsung melonjak kegirangan.

Tetapi setelah 3 hari, sang dokter memanggil si ayah ke rumah sakit. Lalu si dokter berkata, "Pak, dengan berat hati saya harus menyampaikan kabar buruk kepada anda." Si ayah membalas, "Kabar apapun, saya siap menerimanya, pak dokter. Saya siap menghadapi yang terburuk" "Dan hal yang buruk itu adalah, bahwa putra anda tidak akan bertumbuh dengan normal seperti anak-anak yang lain," jelas si dokter. "Apa maksud bapak," si ayah bertanya. Dokter melanjutkan, "Putra anda menderita sesuatu kecacatan yang tidak dapat disembuhkan. Yaitu cacat mental yang serius." Sang ayah lalu menitikan air mata dan berkata sambil berdoa, "Tuhan, apapun yang Engkau berikan kepadaku, aku tahu semuanya baik dan Engkau tidak pernah mencelakakan anak-anakMu."

"But above all these things put on love, which is the bond of perfection." - Colossians 3:14 (NKJV)

"Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan." (Kolose 3:14)

Sejak itu, kedua orang tua itu membeli ranjang bayi khusus anak mereka dan ditaruh di samping ranjang mereka berdua. Mereka selalu kesulitan untuk mengurus anak mereka tersebut, tetapi mereka menanggung semuanya itu. Beranjak keluar dari umur batita, mereka membuatkan kamar khusus untuk anak mereka tersebut.

Anak itu menjadi anak yang sangat istimewa dan menjadi anak mereka satu-satunya. Mereka memberikannya segala yang dia mau dan dia perlukan. Mainan macam-macam, komputer, boneka, dan lain-lain. Dan jika si ayah selesai pulang kerja, ia selalu mengajak si anak bermain. Dengan mainan yang ada atau jika ayahnya membawa mainan yang baru untuk anaknya.

Setiap ayahnya pergi keluar misalkan untuk berpesta dengan rekan kerjanya atau teman-temannya yang sedang berbahagia, ia selalu membawa serta istri dan anaknya. Dan di depan rekan-rekan kerjanya atau teman-temannya, ia selalu membanggakan anaknya. "Woi anak gue nih… ganteng kan?". Selalu ia mengatakan demikian, karena ia tahu, anaknya ini adalah anugerah Allah yang terbesar dalam dirinya. Dan ia sangat mengasihi anak ini, karena ini anaknya. Meskipun dia cacat.

Tetapi setelah anak itu bertumbuh makin dewasa, kecacatannya semakin kelihatan. Kemampuan komunikasinya kurang, jika terjemur matahari sebentar mulutnya akan keluar busa, dan jika sedang berbicara kadang air liurnya menetes. Tetapi meskipun begitu, kedua orang tua tetap sangat sangat menyayangi anak mereka yang cacat itu.

Suatu hari, pagi-pagi sekali anak cacat ini sudah bangun, sekitar pukul 4.30. Dalam pikirannya, "Hari ini, aku pengen buat sarapan yang speeeeeesial buat papa." Setelah doa pagi, ia pergi menuju dapur. Ia mengambil potong roti, lalu menaruhnya dalam oven, dan menyetel waktunya sampai 10 menit. Tentu saja hasilnya gosong. Setelah bunyi "ting", maka anak cacat itu menaruhnya di atas sebuah piring. Lalu ia mengoleskan selai kacang keju yang (amat) sangat banyak, sambil berpikir, "Harus kasih yang baaaaanyak buat papa, biar ueeeeenak rasanya".

Setelah itu, ia berlari ke kulkas, karena ayam sudah mulai berkokok, lalu mengambil sebutir telur. Dan lalu memanaskan panci di atas kompor, lalu memecahkan telur tersebut dan menuangkan isinya ke dalam panci tersebut, dan langsung menaruhnya di atas piring yang lain, sambil berpikir, "Kalo aku buatnya cepet, pasti papa seneng, karena gak perlu nunggu lama." Dan lalu ia bergegas mengambil cangkir, dan mengambil toples kopi bubuk. Jika kita hanya membutuhkan 2 sendok teh, anak cacat ini memakai 5 sendok teh kopi bubuk, sambil berpikir, "Kalau 2 sendok teh saja sudah harum, apalagi 5, pasti papa suka." Jadilah kopi yang terasa seperti kopi tua itu.

Lalu si anak cacat ini mengambil nampan, lalu dengan hati-hati tanpa menimbulkan bunyi macam-macam, menaruh semua piring yang di atasnya ada roti gosong dan telur mentah dan cangkir kopi tua tersebut, dan menuju kamar ayahnya. Lalu ia membangunkan ayahnya, dan lalu berkata begini, "Papa, bangun dong, aku udah buat sarapan yang spesiaaaaaaaal buat papa."

Lalu ayahnya bangun dan melihat dan menghirup aroma "sedap" dari roti gosong, telur mentah dan kopi tua tersebut. "Wah pasti enak nih."

Sebelum si ayah melipat tangannya untuk berdoa, si anak berkata, "Pa, kali ini aku doain makanan ini buat papa ya, 'kan biasanya papa yang doain. OK ya papa?" Sebelum ayahnya sempat mengangguk, si anak cacat ini sudah melanjutkan, "Papa ikutin ya: Tuhan Yesus, terima kasih, atas makanan ini, yang telah Tuhan sediakan. Terima kasih Tuhan, amin."

Lalu ayahnya mecoba roti gosong tersebut, dan setelah ayahnya mengunyah gigitan pertama, si anak cacat dengan polosnya bertanya, "Enak kan pa?".

"Iya, enaaaak sekali," lalu melanjutkan makan. Setelah roti tersebut habis, ia memakan telur mentah tersebut. Dan si anak bertanya, "Telurnya enak kan pa? Aku yang masak semuanya loooo…". Si ayah berkata, "Wah kamu yang masak? Enak sekali nak."

Lalu si ayah melanjutkan memakan telur mentah tersebut. Setelah semua makanan habis, ia mecoba kopi tua itu. Si anak bertanya lagi, "Harum dan enak kan pa?". Si ayah tanpa expresi mual apapun, membalasnya, "Pahit, tapi papa suka sekali." Dan dengan lugunya si anak menjawab, "Ya iya dong papa, kopi kan pahit…," karena ia mengira ayahnya sedang bercanda.

Setelah semuanya habis, si ayah membelai kepala anaknya dan berkata "Ray, kamu tau nggak…"

"Nggak paa," potong si anak cacat tersebut.

Lalu si ayah melanjutkan, "Kalau semua masakan kamu, enaaaaak sekali."

Lalu si anak menjawab, "Iya dong pa, kan aku yang masakin, spesiaaaaaal buat papa."

Lalu si ayah berkata lagi, "Kamu tahu nggak kenapa papa senang hari ini?".

Si anak sambil menggelengkan kepala, "Nggak tau pa…."

"Karena hari ini kamu dah buat sarapan yang, spesiaaaaal buat papa."

Lalu si ayah melanjutkan, "Ray, kamu tahu gak kenapa papa sayaaaaaaang sekali sama kamu?".

Lalu dengan lugunya anak cacat ini menjawab, "Nggak tahu pa…."

"Karena kamu anak papa yang udah bikin papa, seneeeeeeeeeeeng banget."

"Raymond juga, sayaaaaaaaaaang banget sama papa."

Lalu sambil menitikan air mata, ia memeluk anaknya yang cacat itu, dan berkata kepada anaknya, "Terima kasih ya nak, karena telah memasakan sarapan roti, telur, dan kopi ini buat papa. Semuanya terasa, enaaaaak sekali."

Lalu si anak menjawab, "Sama-sama papaah…." Dan si ayah lalu berdoa dalam hatinya, "Tuhan terima kasih, karena Engkau sudah memberikan anak yang sangat sayang padaku…"


Anda tahu, siapakah anak cacat dan ayah tersebut? Kamulah, yang sedang membaca adalah anak yang cacat tersebut. Seperti anak cacat itu memberikan kepada ayahnya, roti gosong, telur mentah dan kopi tua, juga kita, memberikan apa yang tidak sempurna dari kita untuk Tuhan. Roti gosong, telur mentah dan kopi tua, yang merupakan apa yang tidak sempurna dari kita misalnya, pujian, dan kehidupan kita, Tuhan terima semuanya dengan senang hati, karena Tuhan tahu, bahwa kita melakukannya dengan segenap hati kita yang tertuju pada Bapa di sorga, dan kita ingin melakukan yang terbaik untuk Bapa kita di sorga.

Ingat ini : Bapamu di sorga menyayangimu, apa adamu, apa yang ada padamu, apapun yang engkau berikan dengan segenap hatimu, merupakan sebuah persembahan yang harum. Karena Bapamu mengasihi kamu, sampai-sampai Ia sendiri mengirimkan Anak-Nya untuk turun ke dunia, untuk menebuskan dan mematahkan segala kutuk atas diri kita, dan untuk membayar lunas segala hutang dosa kita dan menebus dosa kita dari maut.

You are all fair, my love, and there is no spot in you. Song of Solomon 4:7 (NKJV)


Tuhan Yesus Memberkati..

Jumat, 23 Oktober 2009

Kekuatan Seorang Pria

Kekuatan seorang Pria

Suatu ketika, ada seorang anak perempuan bertanya kepada Ayahnya, tatkala tanpa sengaja dia melihat Ayahnya sedang mengusap wajahnya yang mulai berkerut-merut dengan badannya yang terbungkuk-bungkuk, disertai suara batuk-batuknya.

Anak itu bertanya kepada Ayahnya ketika sedang santai di beranda:

"Ayah , mengapa wajah Ayah kian berkerut-merut dengan badan Ayah yang kian hari kian terbungkuk?"

Ayahnya menjawab : "Sebab aku Laki-laki." Itulah jawaban Ayahnya.

Anak itu berguman : " Aku tidak mengerti."

Dengan kerut-kening karena jawaban Ayahnya membuatnya tercenung rasa penasaran. Ayahnya hanya tersenyum, lalu dibelainya rambut anak wanita itu, terus menepuk nepuk bahunya, kemudian Ayahnya mengatakan :

"Anakku, kamu memang belum mengerti tentang Laki-laki." Demikian bisik Ayahnya, membuat anak itu tambah kebingungan.

Karena penasaran, kemudian anak itu menghampiri Ibunya dan bertanya :


"Ibu mengapa wajah ayah menjadi berkerut-merut dan badannya kian hari kian terbungkuk? Dan sepertinya Ayah menjadi demikian tanpa ada keluhan dan rasa sakit?"

Ibunya menjawab:"Anakku, jika seorang Laki-laki yang benar-benar bertanggung jawab terhadap keluarga itu memang akan demikian." Hanya itu jawaban Sang Bunda.


Anak wanita itupun kemudian tumbuh menjadi dewasa, tetapi ia tetap saja penasaran. Hingga pada suatu malam, anak perermpuan itu bermimpi. Di dalam mimpi itu seolah-olah dia mendengar suara yang sangat lembut, namun jelas sekali. Dan kata-kata yang terdengar dengan jelas itu ternyata suatu rangkaian kalimat sebagai jawaban rasa penasarannya selama ini.


"Saat Ku-ciptakan Laki-laki, aku membuatnya sebagai pemimpin keluarga serta sebagai tiang penyangga dari bangunan keluarga, dia senantiasa akan menahan setiap ujungnya, agar keluarganya merasa aman teduh dan terlindungi. "

"Ku-ciptakan bahunya yang kekar & berotot untuk membanting tulang menghidupi seluruh keluarganya & kegagahannya harus cukup kuat pula untuk melindungi seluruh keluarganya. "

"Ku-berikan kemauan padanya agar selalu berusaha mencari sesuap nasi yang berasal dari tetesan keringatnya sendiri yang halal dan bersih, agar keluarganya tidak terlantar, walaupun seringkali dia mendapatkan cercaan dari anak-anaknya. "

"Kuberikan Keperkasaan & mental baja yang akan membuat dirinya pantang menyerah, demi keluarganya dia merelakan kulitnya tersengat panasnya matahari, demi keluarganya dia merelakan badannya basah kuyup kedinginan karena tersiram hujan dan h

embusan angin, dia relakan tenaga perkasanya terkuras demi keluarganya & yang selalu dia ingat, adalah disaat semua orang menanti kedatangannya dengan mengharapkan hasil dari jerih payahnya."

"Ku berikan kesabaran, ketekunan serta keuletan yang akan membuat dirinya selalu berusaha merawat & membimbing keluarganya tanpa adanya keluh kesah, walaupun disetiap perjalanan hidupnya keletihan dan kesakitan kerap kali menyerangnya. "

"Ku berikan perasaan keras dan gigih untuk berusaha berjuang demi mencintai & mengasihi keluarganya, didalam kondisi & situasi apapun juga, walaupun tidaklah jarang anak-anaknya melukai perasaannya melukai hatinya. Padahal perasaannya itu pula yang telah memberikan perlindungan rasa aman pada saat dimana anak-anaknya tertidur lelap. Serta sentuhan perasaannya itulah yang memberikan kenyamanan bila saat dia sedang menepuk-nepuk bahu anak-anaknya agar selalu saling menyayangi & mengasihi sesama saudara."

"Ku-berikan kebijaksanaan & kemampuan padanya untuk memberikan pengetahuan padanya untuk memberikan pengetahuan & menyadarkan, bahwa Istri yang baik adalah Istri yang setia terhadap Suaminya, Istri yang baik adalah Istri yang senantiasa menemani. & bersama-sama menghadapi perjalanan hidup baik suka maupun duka, walaupun seringkali kebijaksanaannya itu akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada Istri, agar tetap berdiri, bertahan, sejajar & saling melengkapi serta saling menyayangi."

"Ku-berikan kerutan diwajahnya agar menjadi bukti bahwa Laki-laki itu senantiasa berusaha sekuat daya pikirnya untuk mencari & menemukan cara agar keluarganya bisa hidup di dalam keluarga bahagia & badan yang terbungkuk agar dapat membuktikan, bahwa sebagai laki-laki yang bertanggungjawab terhadap seluruh keluarganya, senantiasa berusaha mencurahkan sekuat tenaga serta segenap perasaannya, kekuatannya, keuletannya demi kelangsungan hidup keluarganya. "

"Ku-berikan Kepada Laki-laki tanggung jawab penuh sebagai Pemimpin keluarga, sebagai Tiang penyangga, agar dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya. dan hanya inilah kelebihan yang dimiliki oleh laki-laki, walaupun sebenarnya tanggung jawab ini adalah Amanah di Dunia & Akhirat."


Terbangun anak wanita itu, dan segera dia berlari, berlutut & berdoa hingga menjelang subuh. Setelah itu dia hampiri bilik Ayahnya yang sedang berdoa, ketika Ayahnya berdiri anak wanita itu merengkuh dan mencium telapak tangan Ayahnya.

"AKU MENDENGAR & MERASAKAN BEBANMU, AYAH."


Dunia ini memiliki banyak keajaiban, segala ciptaan Tuhan yang begitu agung, tetapi tak satu pun yang dapat menandingi keindahan tangan Ayah.

Berbahagialah yang masih memiliki Ayah. Dan lakukanlah yang terbaik untuknya.

Berbahagialah yang merasa sebagai ayah. Dan lakukanlah yang terbaik buat keluarga kita.

Kamis, 22 Oktober 2009

Berdoa

Berdoa hingga mencapai kemenangan akhir !


Elizabeth Dabney adalah seorang ibu rumah tangga Amerika, keturunan Negro, yang telah membiasakan diri untuk berdoa berjam-jam lamanya. Ia tidur hanya supaya dapat berdoa kembali dengan tubuh yang segar di waktu siang maupun malam hari. Ia membatasi diri untuk makan makanan yang sederhana, hanya sekali sehari, dan tidak menghabiskan waktunya untuk mengobrol dengan orang lain. Biasanya ia datang dengan tenang dalam kebaktian, sejam sebelum acara dimulai, untuk berdoa sendiri. Seusai kebaktian, dengan diam-diam ia kembali ke dalam biliknya, tempat pelayanannya yang SESUNGGUHNYA, yaitu tempat ia berdoa dengan sebulat hati bagi pembebasan jiwa-jiwa, dan hal ini berlangsung hingga jauh malam.

Dalam suatu wawancara, diungkapkannya tentang apa yang menyebab- kannya untuk memasuki pelayanan yang bermanfaat ini bagi Tuhan dan jiwa-jiwa yang sesat. Suaminya adalah seorang pendeta, yang diutus oleh sebuah gereja yang makmur di kota Filadelfia. Pada kebaktian yang pertama tidak seorangpun hadir, kecuali mereka berdua. Nyonya Dabney menyadari bahwa itulah suatu ladang yang sulit karena termasuk daerah hitam yang paling buruk di kota itu. Oleh sebab itu, ia sadar bahwa hanya doalah yang dapat mengubah situasi di sana.

IA MENGAMBIL KEPUTUSAN UNTUK SIANG-MALAM BERTEKUN DI DALAM DOA

Ia berjanji kepada Tuhan bahwa apabila Tuhan mengirim orang-orang berdosa ke tempat kebaktian itu serta menyelamatkan jiwa-jiwa mereka, maka ia akan bergumul di dalam doa selama tiga hari tiga malam setiap minggunya, dalam jangka waktu tiga tahun. Di samping itu, bukan saja ia akan berdoa, melainkan juga berpuasa.

Ketika ia untuk pertama kalinya memberitahukan kepada suaminya mengenai niatnya itu, sang suami merasa segan untuk mengizinkannya bergumul dalam doa seorang diri selama tiga hari tiga malam setiap minggunya. Namun segera ia menyadari bahwa hal itu terjadi karena dorongan Tuhan. Segera setelah isterinya mulai berdoa seorang diri bagi pelayanan suaminya, Tuhan mulai bekerja. Orang-orang berdosa berdatangan dan tidak lama kemudian, ruang gereja mereka dipenuhi oleh orang-orang yang bertobat kepada Tuhan.

Suaminya meminta agar ia berdoa untuk tempat yang lebih besar. Tuhan menggerakkan hati seorang pengusaha untuk menyediakan sebuah rumah yang lebih besar dan lebih indah di seberang jalan. Sementara ibu itu melanjutkan pergumulannya di dalam doa, maka gedung itu pun tidak dapat memuat para pengunjung yang semakin meningkat. Kembali suaminya meminta kepadanya untuk berdoa bagi sebuah gedung gereja yang lebih besar lagi. Maka berdoalah ia untuk maksud tersebut dan Tuhan memberi sebuah gedung gereja yang besar dan indah di tepi jalan raya kepada mereka. Kebaktian-kebaktian itu selalu penuh dan jiwa-jiwa dilepaskan dari dosa. Orang-orang beriman itu kemudian dibaptiskan dalam kelompok-kelompok besar.

Pada suatu hari, di depan pintu gereja, ketika ia hendak masuk untuk memenuhi janjinya dalam hal berdoa, Tuhan berkata, “Pulanglah.” Akan tetapi, ia tidak berminat untuk pulang ke rumahnya. Ia rindu untuk berdoa!

Kemudian Tuhan bertanya kepadanya, apakah ia mengetahui, hari apakah saat itu? Ia merasa terdorong untuk membuka dompetnya dan membaca janjinya kepada Tuhan. Akhirnya ia tahu dari catatannya itu, bahwa ia telah memenuhi janjinya untuk berdoa dalam jangka waktu tiga tahun! Hatinya sangat rindu untuk memasuki gedung gereja itu, untuk memuji dan menyembah Tuhan, tetapi, sekali lagi, ia mendengar Suara Tuhan yang mengatakan, “Pulanglah.”

Maka ditaatinya perintah Tuhan itu. Jiwanya penuh dengan sukacita di depan hadirat Tuhan. Kemudian ia mendengar Tuhan berkata, “Pergilah ke ruangan di bawah tanah.” Ia merasa takut dan ragu-ragu, kemudian berkata kepada Tuhan, “Ya Tuhan, jika Engkau hendak membawa saya pulang ke rumah Tuhan yang penuh kemuliaan itu, izinkan saya terlebih dulu menemui suami dan anakku.”

Meskipun demikian, ia pergi juga ke ruangan dibawah tanah itu, sesuai dengan perintah Tuhan. Ruangan itu yang biasanya gelap, pada saat itu tampak dipenuhi dengan terang yang ajaib. Kemudian kata Tuhan kepadanya, “Engkau telah berdoa terus-menerus, sampai pada akhirnya. Sekarang Aku datang untuk memberkatimu.”

Dari plafon tampak turunlah suatu pancaran air kehidupan yang mulai mengisi ruangan itu! Tuhan berfirman kepadanya bahwa ke mana pun ia pergi dan berdoa, Ia akan melepaskan orang-orang berdosa dari ikatan dosa mereka, serta memenuhi orang-orang yang percaya itu dengan RohNya.

Semua ini terjadi beberapa tahun yang lalu dan Tuhan telah memegang janjiNya! Ke mana pun Nyonya Dabney pergi dan bergumul di dalam doa, maka orang-orang berdosa dilepaskan dan para saleh disegarkan kembali. Ia tidak berkhotbah, hanya menasihati para saleh dan mendorong orang-orang berdosa untuk mencari Wajah Tuhan hingga mereka menemukan Dia. (Silakan baca Luk. 11:9; Yes. 55:6,7; Hos. 10:12).

Petikan dari surat-suratnya di bawah ini kiranya memberi pengertian yang mendalam mengenai kehidupan doanya:

“Pagi ini saya sangat terbeban, hingga hampir mati rasanya. Jantungku terasa berhenti berdetak. Beban orang-orang berdosa menekan lebih berat di atas bahuku daripada waktu sebelumnya! Siang malam aku dapat mendengar jeritan orang yang akan binasa dalam dosa-dosa mereka.”

“Tuhan Allah merindukan suatu pencurahan Roh Kudus. Inilah masa tuaian yang besar! Karena beberapa alasan, Tuhan menganggap diriku patut untuk menderita sengsara, hingga hampir mati rasanya supaya orang-orang berdosa yang patut dikasihani itu dapat dibebaskan, sebelum terdengar suara orang berseru: Mempelai datang. Songsonglah Dia!”

“Pada saat ini, kita harus memiliki kuasa untuk menolong orang- orang terbelenggu ini. Apabila kita akan memecahkan materai Iblis dalam hati orang-orang berdosa ini, maka diperlukan doa yang tiada berkeputusan kepada Tuhan Allah.”

“Marilah, Saudara-saudara yang kekasih, ke tempat Yesus akan turun tangan melalui Saudara untuk melepaskan banyak orang berdosa dengan perantaraan doa-doa Saudara … Ia memiliki bukit-bukit doa yang tak pernah ada orang yang memohon dariNya. Kaki Saudara dapat berdiri di atas ketinggian baru, setiap hari dan setiap malam.”

“Berkhotbah itu baik. Pengajaran itu penting. Tetapi yang menjadi kunci rahasianya adalah DOA! Sebuah doa yang didengar dan dijawab oleh Tuhan dapat mengguncangkan alam ciptaanNya.”



Disadur dari “Herald of His Coming”

Rabu, 21 Oktober 2009

Minggu, 18 Oktober 2009

Jumat, 16 Oktober 2009

AYAH, MAAFKAN DITA....

Ayah, Maafkan Dita ........

Sepasang suami isteri - seperti pasangan lain di kota-kota besar meninggalkan anak-anak diasuh pembantu rumah sewaktu bekerja. Anak tunggal pasangan ini, perempuan cantik berusia tiga setengah tahun.

Sendirian ia di rumah dan kerap kali dibiarkan pembantunya karena sibuk bekerja di dapur. Bermainlah dia bersama ayun-ayunan di atas buaian yang dibeli ayahnya, ataupun memetik bunga dan lain-lain di halaman rumahnya.

Suatu hari dia melihat sebatang paku karat. Dan ia pun mencoret lantai tempat mobil ayahnya diparkirkan, tetapi karena lantainya terbuat dari marmer maka coretan tidak kelihatan. Dicobanya lagi pada mobil baru ayahnya. Ya, karena mobil itu bewarna gelap, maka coretannya tampak jelas. Apalagi anak-anak ini pun membuat coretan sesuai dengan kreativitasnya.

Hari itu ayah dan ibunya bermotor ke tempat kerja karena ingin menghindari macet. Setelah sebelah kanan mobil sudah penuh coretan maka ia beralih ke sebelah kiri mobil. Dibuatnya gambar ibu dan ayahnya, gambarnya sendiri, lukisan ayam, kucing dan lain sebagainya mengikut imaginasinya. Kejadian itu berlangsung tanpa disadari oleh si pembantu rumah.

Saat pulang petang, terkejutlah pasangan suami istri itu melihat mobil yang baru setahun dibeli dengan bayaran angsuran yang masih lama lunasnya. Si bapak yang belum lagi masuk ke rumah ini pun terus menjerit, "Kerjaan siapa ini !!!" ....

Pembantu rumah yang tersentak dengan jeritan itu berlari keluar. Dia juga beristighfar. Mukanya merah padam ketakutan lebih2 melihat wajah bengis tuannya. Sekali lagi diajukan pertanyaan keras kepadanya, dia terus mengatakan ' Saya tidak tahu tuan ..."

"Kamu dirumah sepanjang hari, apa saja yang kau lakukan?" hardik si isteri lagi.

Si anak yang mendengar suara ayahnya, tiba-tiba berlari keluar dari kamarnya. Dengan penuh manja dia berkata "Dita yang membuat gambar itu ayahhh.. cantik kan!" katanya sambil memeluk ayahnya sambil bermanja seperti biasa.

Si ayah yang sudah hilang kesabaran mengambil sebatang ranting kecil dari pohon di depan rumahnya, terus dipukulkannya berkali2 ke telapak tangan anaknya. Si anak yang tak mengerti apa apa menagis kesakitan, pedih sekaligus ketakutan. Puas memukul telapak tangan, si ayah memukul pula belakang tangan anaknya.

Sedangkan Si ibu cuma mendiamkan saja, seolah merestui dan merasa puas dengan hukuman yang dikenakan. Pembantu rumah terbengong, tidak tahu harus berbuat apa... Si ayah cukup lama memukul-mukul tangan kanan dan kemudian ganti tangan kiri anaknya.

Setelah si ayah masuk ke rumah diikuti si ibu, pembantu rumah tersebut menggendong anak kecil itu, membawanya ke kamar. Dia terperanjat melihat telapak tangan dan belakang tangan si anak kecil luka2 dan berdarah. Pembantu rumah memandikan anak kecil itu. Sambil menyiramnya dengan air, dia ikut menangis. Anak kecil itu juga menjerit-jerit menahan pedih saat luka2nya itu terkena air.

Lalu si pembantu rumah menidurkan anak kecil itu. Si ayah sengaja membiarkan anak itu tidur bersama pembantu rumah. Keesokkan harinya, kedua belah tangan si anak bengkak. Pembantu rumah mengadu ke majikannya.

"Oleskan obat saja!" jawab bapak si anak.

Pulang dari kerja, dia tidak memperhatikan anak kecil itu yang menghabiskan waktu di kamar pembantu. Si ayah konon mau memberi pelajaran pada anaknya. Tiga hari berlalu, si ayah tidak pernah menjenguk anaknya sementara si ibu juga begitu, meski setiap hari bertanya kepada pembantu rumah.

"Dita demam, Bu"...jawab pembantunya ringkas.

"Kasih minum panadol aja ," jawab si ibu.

Sebelum si ibu masuk kamar tidur dia menjenguk kamar pembantunya. Saat dilihat anaknya Dita dalam pelukan pembantu rumah, dia menutup lagi pintu kamar pembantunya.

Masuk hari keempat, pembantu rumah memberitahukan tuannya bahwa suhu badan Dita terlalu panas. "Sore nanti kita bawa ke klinik.. Pukul 5.00 sudah siap" kata majikannya itu.

Sampai saatnya si anak yang sudah lemah dibawa ke klinik. Dokter mengarahkan agar ia dibawa ke rumah sakit karena keadaannya susah serius. Setelah beberapa hari di rawat inap dokter memanggil bapak dan ibu anak itu.

"Tidak ada pilihan.." kata dokter tersebut yang mengusulkan agar kedua tangan anak itu dipotong karena sakitnya sudah terlalu parah dan infeksi akut...

"Ini sudah bernanah, demi menyelamatkan nyawanya maka kedua tangannya harus dipotong dari siku ke bawah" kata dokter itu.

Si bapak dan ibu bagaikan terkena halilintar mendengar kata-kata itu. Terasa dunia berhenti berputar, tapi apa yang dapat dikatakan lagi. Si ibu meraung merangkul si anak. Dengan berat hati dan lelehan air mata isterinya, si ayah bergetar tangannya menandatangani surat persetujuan pembedahan.

Keluar dari ruang bedah, selepas obat bius yang disuntikkan habis, si anak menangis kesakitan. Dia juga keheranan melihat kedua tangannya berbalut kasa putih. Ditatapnya muka ayah dan ibunya. Kemudian ke wajah pembantu rumah. Dia mengerutkan dahi melihat mereka semua menangis.

Dalam siksaan menahan sakit, si anak bersuara dalam linangan air mata. "Ayah.. ibu... Dita tidak akan melakukannya lagi.... Dita tak mau lagi ayah pukul. Dita tak mau jahat lagi... Dita sayang ayah..sayang ibu.", katanya berulang kali membuatkan si ibu gagal menahan rasa sedihnya.

"Dita juga sayang Mbok Narti.." katanya memandang wajah pembantu rumah, sekaligus membuat wanita itu meraung histeris.

"Ayah.. kembalikan tangan Dita. Untuk apa diambil.. Dita janji tidak akan mengulanginya lagi! Bagaimana caranya Dita mau makan nanti?...Bagaimana Dita mau bermain nanti?... Dita janji tidak akan mencoret2 mobil lagi, " katanya berulang-ulang.

Serasa hancur hati si ibu mendengar kata-kata anaknya. Meraung2 dia sekuat hati namun takdir yang sudah terjadi tiada manusia dapat menahannya. Nasi sudah jadi bubur. Pada akhirnya si anak cantik itu meneruskan hidupnya tanpa kedua tangan dan ia masih belum mengerti mengapa tangannya tetap harus dipotong meski sudah minta maaf...

Tahun demi tahun kedua orang tua tsb menahan kepedihan dan kehancuran bathin sampai suatu saat Sang ayah tak kuat lagi menahan kepedihannya dan wafat diiringi tangis penyesalannya yang tak bertepi, Namun si Anak dengan segala keterbatasan dan kekurangannya tsb tetap hidup tegar bahkan sangat sayang dan selalu merindukan ayahnya..

Terkadang kita terlalu membanggakan, terlalu sayang akan barang-barang yang kita miliki melebihi kasih sayang kita terhadap anak maupun keluarga kita sendiri. Semoga cerita ini dapat menjadi refleksi pribadi dalam hidup berkeluarga.

Kamis, 15 Oktober 2009

MENGAPA HARUS TAKUT...?



MENGAPA HARUS TAKUT?

Baca: Mazmur 27:1-14

“Tuhan adalah terangku dan keselamatanku, kepada siapakah aku harus takut? Tuhan adalah benteng hidupku, terhadap siapakah aku harus gemetar?” Mazmur 27:1


Ketakutan kini menghinggapi banyak orang, lebih-lebih di zaman yang serba tidak menentu ini: takut terhadap masa depan anak, takut tidak bisa mencukupi kebutuhan keluarga, takut tidak dapat jodoh, takut di PHK karena perusahaan sedang pailit, takut hartanya dicuri atau dirampok, dan masih banyak alasan lain yang membuat seseorang mengalami ketakutan. Kita harus melawan perasaan takut itu karena menurut Ayub, “...yang kutakutkan, itulah yang menimpa aku, dan yang kucemaskan, itulah yang mendatangi aku.” (Ayub 3:25).


Ketakutan adalah salah satu tipu muslihat Iblis yang terus berupaya untuk melemahkan dan mengintimidasi kita. Hati-hatilah karena orang-orang yang penakut tidak akan memperoleh bagian dalam Kerajaan Allah! “Tetapi orang-orang penakut,….mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang;” (Wahyu 21:8). Mari kita belajar dari sikap Daud yang senantiasa memiliki keberanian dan keyakinan yang teguh, bukan suatu keberanian karena nekat atau ngawur, tetapi ada dasar yang kuat. Meski harus melewati lembah kekelaman dan lorong yang gelap, Daud percaya bahwa Tuhan adalah terang, yang senantiasa menyinari dan menuntun setiap langkah hidupnya sehingga tidak akan jatuh atau terperosok. Kini “Terang sudah terbit bagi orang benar,” (Mazmur 97:11a), dan terang itu adalah Tuhan Yesus sendiri.

Selain itu Tuhan adalah keselamatan bagi kita. Hanya di dalam Dia ada keselamatan, tidak ada yang lain di belahan bumi mana pun.

Banyak orang datang kepada dukun (paranormal) meminta keris, jimat dan sebagainya supaya selamat atau terlindungi dari malapetaka, bahkan tidak sedikit orang Kristen yang turut terlibat, padahal firmanNya jelas menyatakan bahwa “…di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.” (Kisah 4:12), selain di dalam nama Yesus Kristus. Bagi kita Tuhan juga sebagai benteng hidup, tempat untuk berlindung dalam segala hal dan di dalamNya kita aman. Bila yang menjadi benteng perlindungan adalah Tuhan sendiri, siapakah musuh yang berani melawan kita?

Tidak ada alasan bagi kita untuk takut, karena Tuhan ada di pihak kita!

Amin. Tuhan Memberkati.